Gudeg merupakan salah satu kuliner khas Yogyakarta yang mustahil untuk dilewati ketika mengunjungi kota wisata ini.
Masakan Jawa berwarna cokelat ini terbuat dari nangka muda yang belum matang, yang secara lokal dikenal sebagai gori. Gudeg lalu dimasak perlahan selama beberapa jam dengan santan segar dan gula aren. Selain dari gori sendiri, gudeg juga umumnya dipersiapkan dengan beberapa protein lain sebagai pelengkap seperti tahu, tempe, telur bebek rebus dan ayam juga dimasak dengan metode yang sama untuk melengkapi gudeg. Sensasi makan gudeg tidak akan lengkap tanpa krecek, masakan tradisional yang terbuat sari kulit sapi yang pedas.
Berikut adalah empat restoran yang kami rekomendasikan jika Anda mencari gudeg terbaik di Yogyakarta:
Image Credit: Gudeg Yu Djum
Jika Anda bertanya kepada warga lokal tentang restoran gudeg terbaik di Yogyakarta, jawaban paling umum yang bisa kita temukan adalah Gudeg Yu Djum.
Berdiri sejak tahun 1951, Gudeg Yu Djum merupakan penjual gudeg terpopuler di Yogyakarta. Dengan enam cabang resmi yang berlokasi strategis di seluruh provinsi dan gerai cabang di berbagai kota lainnya, tidak sulit untuk menemukannya dan menikmati seporsi gudeg legendaris ini. Gerai Yu Djum pusat sendiri berada di Jl. Kaliurang Km. 4,5 berseberangan dengan Universitas Gadjah Mada.
Nama restoran ini diambil dari nama pendirinya, Djuwariyah atau yang lebih dikenal dengan Yu Djum dimana Djum sendiri merupakan singkatan dari Djuwariyah. Dalam bahasa Jawa, kata 'Yu' digunakan untuk memanggil wanita yang lebih tua dengan hormat. Sehingga lahirlah restoran Gudeg legendaris bernama 'Yu Djum'. Walaupun sang pendiri Yu Djum sudah tiada, dengan resep keluarga yang turun temurun, rasa dari Gudeg Yu Djum sendiri masih terjaga dan wajib untuk dicoba.
Dibandingkan dengan gudeg dari gerai lain, rasa dari Gudeg Yu Djum merupakan salah satu yang paling manis. Cocok untuk penikmat rasa manis yang intens. Satu porsi gudeg dibanderol dengan harga sekitar Rp13.000 hingga Rp45.000, tergantung lauk yang Anda pilih. Gudeg Yu Djum sendiri bisa dibawa pulang dalam per porsi maupun dalam paket besek, kendil, maupun vakum.
Image Credit: @gudeg_yu_narni on Instagram
Gudeg Yu Narni dinamai berdasarkan nama dari pendirinya, Narni Suwardi, telah berdiri sejak tahun 1996. Terdapat empat buah gerai terletak di titik antara dari Jl. Kaliurang Km. 4,5 (dekat Universitas Gadjah Mada) ke Jl. Magelang Km. 11 (depan Bank Pembangunan Daerah Yogyakarta).
Gudeg Yu Narni memang tidak memiliki popularitas sebesar Gudeg Yu Djum, namun disukai masyarakat banyak dikarenakan variasinya yang ditawarkan dalam bentuk gudeg kering atau gudeg basah. Rasa dari gudeg yang ditawarkan tidaklah terlalu manis, cocok bagi Anda yang lebih menyukai rasa yang lebih gurih.
Seperti Gudeg Yu Djum, Gudeg Yu Narni juga menyediakan beberapa opsi untuk dibawa pulang, seperti besek, kendil, dan kaleng.
Image Credit: IDN Times
Berbeda dengan gudeg lainnya di Kota Yogyakarta, Gudeg Bu Dullah memang terletak cukup jauh dari pusat kota, namun sangatlah setimpal dengan perjalanan yang ditempuh untuk mencoba gudeg unik ini. Terletak di desa Jebugan, Kabupaten Bantul, yang berjarak 13 kilometer dari Keraton Yogyakarta dan membutuhkan sekitar 30 menit untuk sampai ke sana dengan sepeda motor atau mobil.
Gudeg Bu Dullah, yang dinamai menurut pemiliknya, Dullah, telah ada sejak tahun 1998. Yang membuat Gudeg Bu Dullah sangat istimewa adalah gudegnya yang terbuat dari bunga kelapa muda yang lembut atau yang disebut dengan manggar, bukan terbuat dari nangka muda maupun gori.
Dengan jumlah dari manggar yang sangatlah terbatas, secara sejarah gudeg manggar hanya dipesan untuk acara-acara khusus seperti perayaan keraton. Namun untuk Anda yang ingin mencoba rasa dari makanan yang dikonsumsi oleh bangsawan atau warga keraton pada masanya, bisa mencoba menyantap gudeg tersebut di gerai Gudeg Bu Dullah.
Tekstur dari gudeg manggar sendiri sangatlah menyerupai dan selembut irisan daging ayam. Sehingga banyak pelanggan Gudeg Bu Dullah yang mengira bahwa mereka sedang menikmati ayam, bukan bunga kelapa.
Image Credit: Historia
Gudeg Mbah Lindu bisa dibilang adalah penjual gudeg tertua di Yogyakarta yang terletak di Jl. Sosrowijayan, dekat dengan pusat perbelanjaan Malioboro.
Pemiliknya, Mbah Lindu, telah menjual gudeg sejak tahun 1940, ketika kerajaan Jepang masih menduduki Indonesia. Nilai sejarah dari bisnisnya sendiri saat ini telah mendorong banyak wisatawan dan penduduk lokal untuk mencicipi gudegnya.
Sampai dengan tahun 2019, dengan usianya yang sudah satu abad-pun Anda akan bisa menemukan Almarhumah Mbah Lindu masih berjualan sendiri di warungnya dengan tubuhnya yang sudah renta. Bahkan pada pukul 5 pagi, Anda akan terkejut melihat banyak orang sudah berduyun-duyun ke warungnya untuk menikmati gudeg legendaris tersebut sekaligus bertemu dengan wanita ramah ini. Saking ramainya, umumnya gudeg Mbah Lindu akan habis terjual sebelum pukul 10 pagi.
Yang membedakan Gudeg Mbah Lindu dengan vendor lainnya adalah pelanggan bisa memilih mau menikmati gudeg dengan nasi atau dengan bubur. Anda bisa menikmati seporsi gudeg dengan telur dan krecek yang dijual dengan harga mulai dari Rp20.000 dengan nasi atau Rp15.000 dengan bubur. Anda juga bisa memilih gudeg yang disajikan dengan ayam yang empuk dan gurih. Gudeg Mbah Lindu sendiri selalu mempertahankan rasa yang autentik dari awal Mbah Lindu membuka warungnya, seratus persen wajib coba!