Masjid Agung Cordoba, sejak pembangunannya pada tahun 785, Masjid ini telah mencatat sejarahnya sebagai salah satu bangunan paling relevan dalam seni arsitektur Hispanik-Muslim dan sebagai referensi budaya di dunia Barat. Setelah lebih dari 1200 tahun kemudian, bangunan masjid ini masih berdiri megah di pusat sejarah Cordoba, menarik pengunjung dari seluruh dunia.
Pada tahun 1984, masjid ini diumumkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Menurut UNESCO, "Masjid Agung Cordoba merupakan pencapaian seni yang unik berdasarkan ukurannya dan keberanian atas ketinggian langit-langitnya. Ini adalah saksi tak tergantikan dari Kekhalifahan Cordoba dan merupakan salah satu monumen arsitektur keagamaan Islam yang paling simbolik. Masjid ini juga memiliki pengaruh besar pada seni Islam Barat sejak abad ke-8, seperti dalam gaya neo-Moorish pada abad ke-19. Dalam hal arsitektur, masjid ini telah menjadi tempat uji coba teknik bangunan, yang telah memengaruhi budaya Arab dan Kristen sejak abad ke-8."
Hal-hal tersebut adalah alasan yang mendorong UNESCO untuk menyertakan masjid Cordoba dalam daftar Warisan Dunia, sebuah pernyataan yang diperluas untuk mencakup area sekitarnya pada tahun 1994.
Banyak cendekiawan dan ahli dari seluruh dunia yang telah menganalisis dan mengarahkan pengetahuan mereka pada beberapa monumen yang mereka anggap sebagai monumen Islam paling penting di Barat: sejarawan seni, arsitek, arkeolog, matematikawan, dan sebagainya, namun Masjid Agung Cordoba tidaklah tergantikan. Menyimpan berbagai misteri yang belum terpecahkan yang meningkatkan daya tariknya dan nilainya. Berikut adalah delapan misteri dan keajaiban yang paling mengejutkan dari Masjid Agung Cordoba.
Kredit Foto: KAVALENKAVA on UNSPLASH
Pada saat pembangunannya selesai pada tahun 988 dan setelah beberapa perluasan, masjid ini merupakan masjid yang terbesar kedua di dunia. Pada saat itu, hanya ada satu masjid terbesar yang menyainginya di dunia: Masjidil Haram di Mekkah. Masjid Cordoba memiliki area seluas 23.400 m2 dan dapat menampung 40.000 orang.
Kredit Foto: TURISMO Y DEPORTE DE ANDALUCIA
Kumpulan dari ratusan kolom dan tiang yang menyerupai “hutan” adalah salah satu fitur paling khas dari masjid. Sebanyak 856 kolom yang terbuat dari marmer, yakut, dan granit (yang aslinya mencapai 1293) tersebut dilengkapi dengan lengkungan ganda dengan garis merah dan putih, menyerupai hutan kurma. Lengkungan ganda ini, yang merupakan inovasi dalam seni Islam, yang mungkin terinspirasi oleh akuaduk Romawi. Menyerupai 11 lorong longitudinal dan 12 lorong transversal.
Image Credit: HULART on FREEPIK
Di dalam masjid ini, Anda dapat melihat jejak-jejak pengaruh dari Hispanik-Romawi, Visigoth, Suriah, Persia, Byzantium, dan Mudejar. Mengingat bahwa pada area tersebut yang kemudian dibangun sebagai katedral, terdapat juga percampuran dari gaya: Gothic, Renaissance, dan Barok. Keunikan ini membuatnya sulit untuk menemukan kombinasi seperti ini di tempat lain di dunia.
Kredit Foto: EYE EM on FREEPIK
Pembangunan Patio de los Naranjos (halaman pohon jeruk) dimulai di bawah pemerintahan Abderramán I, dan pohon aslinya bukanlah Jeruk, melainkan zaitun, laurus, dan cypress. Taman ini berfungsi sebagai tempat berwudhu, ruang shalat di luar ruangan, serta tempat kelas dan bahkan sidang diadakan. Air mancur pusat di halaman tersebut sekarang memiliki dekorasi Barok, dan pohon-pohonnya telah digantikan denga seratus pohon jeruk.
Kredit Foto: TURISMO Y DEPORTE DE ANDALUCIA
Pada tahun 929, Abderraman III menyatakan Kekhalifahan untuk memperkuat kekuasaannya di wilayah Mediterania dan menegaskan kemandirian Al-Andalus dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Intervensi pertama di masjid selama periode ini melibatkan perluasan halaman dan pembangunan menara minaret baru untuk menggantikan yang lama. Menara minaret yang baru tersebut pun menjadi minaret yang tertinggi di dunia Islam Barat, dan menjadi simbol visual peresmian Kekhalifahan Cordoba. Menara lonceng saat ini berasal dari akhir abad ke-16 dan dibangun di sekitar sisa-sisa menara minaret yang dibangun oleh Abderraman III. Beberapa sisa-sisa peninggalan tersebut masih terlihat di dalam menara lonceng.
Kredit Foto: TURISMO Y DEPORTE DE ANDALUCIA
Ini adalah salah satu aspek yang paling kontroversial dan telah menimbulkan teori dan spekulasi yang bertentangan. Namun, ini bukanlah fitur unik dari Masjid Agung Cordoba; tetapi sebuah masalah umum yang terjadi di masjid-masjid kuno medieval lainnya. Dalam kasus Masjid Cordoba, berbagai teori tersebut diusulkan atas ketidak sejajaran kiblat tersebut, yang dimana sebagian besar telah terbukti tidak berdasar dan hanyalah mitos belaka. Misalnya, ada klaim bahwa masjid ini dibangun di atas gereja Visigoth sebelumnya (yang dibangun di atas kuil Romawi) dan mempertahankan orientasinya. Namun, pekerjaan arkeologi terbaru telah membantah keberadaan gereja ini di lokasi tersebut.
Penjelasan yang paling masuk akal adalah ini: Muslim dari Irak, Suriah, dan Iran yang kurang akrab dengan geografi matematika (garis lintang dan bujur), metode matematika (rumus trigonometri), dan astronomi matematika hingga abad ke-9 (seabad setelah pembangunan masjid Cordoba dimulai). Sebelumnya, penentuan dari kiblat menggunakan segmen dari sekeliling Kaaba, tetapi metode perhitungan ini bisa menyebabkan kesalahan, terutama di tempat-tempat yang lebih jauh.
Dari teks-teks Arab medieval yang baru saja dianalisis, disimpulkan bahwa ketika para ahli astronomi memberi tahu Khalif Al-Hakam II (961 - 976) bahwa orientasi kiblat tersebut tidak benar, dia pun berkonsultasi dengan para ulama yang kelak menyarankannya untuk mempertahankan kiblat asli, mengikuti tradisi, dan menghindari inovasi.
Kredit Foto: FREEPIK
Banyak katedral di kota-kota Spanyol yang dulunya merupakan kota penting di Al-Andalus, dibangun atau merupakan konversi dari masjid utama di kota mereka. Ini terjadi, misalnya, dengan katedral-katedral Sevilla, Granada, Toledo, dan Valencia. Kasus Katedral Cordoba berbeda karena tidak dibangun "di atas" masjid lama tetapi di dalamnya (mengubah teori perspektif yang dipercayai). Namun, gereja berbentuk salib Renaissance yang dapat dilihat hari ini di dalam masjid, tidaklah dibangun hingga tahun 1523. Sejak tahun 1238, ketika umat Kristen menaklukkan Cordoba dan mengkonsekrasi masjid sebagai katedral, kegiatan ibadah dan akivitas katedral tersebut tetap menggunakan struktur asli dari masjid tersebut dengan sedikit perubahan.
Kredit Foto: TURISMO Y DEPORTE DE ANDALUCIA
Ketika raja-raja Kristen menetapi Cordoba, mereka terkesan oleh pesona dang bangunan dari Masjid Agung Cordoba. Bertentangan dengan pendapat para uskup dan pendeta, mereka bersikeras untuk menjaga keindahan arsitekturalnya. Namun, keinginan itu tidak selalu dihormati. Frasa terkenal yang diucapkan oleh Kaisar Charles V pada abad ke-16 ketika dia melihat transformasi beberapa area terkenal: "Kamu telah menghancurkan yang unik di dunia, dan kamu telah meletakkan di tempatnya apa yang bisa dilihat di mana-mana."
Meskipun ketidakpuasan awal itu, Masjid-Katedral Cordoba kini menjadi salah satu permata seni dunia dan Situs Warisan Dunia UNESCO.
Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang atraksi penting lainnya di Cordoba dalam panduan "Andalusia for Muslim Travelers", yang diterbitkan oleh Turespaña, Dewan Pariwisata Spanyol.
Ditulis oleh Noor González dalam Bahasa Inggris.